RINGKASAN
Dampak Kebijakan Pemerintah dan Strategi Percepatan Daya Saing
Agribisnis Kopi Robusta
Oleh : Soetriono
Program Studi Agribisnis Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Jember
BALI , 4-5 OKTOBER 2010
Simposium Kopi Nasional Nusa Dua Bali
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, meramalkan dan merumuskan daya saing komoditas kopi robusta sehingga diharapkan akan memperoleh keselarasan langkah sebagai upaya mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan berbagai kesenjangan, baik dari aspek produksi, permintaan input output, agroindustri dan kebijakan pemerintah di masa akan datang. Metodologi yang digunakan antara lain; dalam penetapan sampling wilayah menggunakan sektor basis, dengan wilayah terpilih di Jawa Timur (Kabupaten Malang, Jember, Banyuwangi) dan Propinsi Lampung di Kabupaten Tanggamus, data yang digunakan merupakan data sekunder dan primer, alat analisis menggunakan; Analisa Risiko, Permintaan dan Penawaran, Biaya Sumberdaya Domestik, Policy Analysis Matrix (PAM), Daya Saing Tree Five, dan simulasi kebijakan. Hasil penelitian ini menunjukkan:
a. Dari sisi usahatani atau penawaran produksi kopi robusta sejogjanya memperhatikan factor jumlah produksi kopi, harga pupuk didalam negeri, kebijakan protektif pemerintah yang kurang mendukung percepatan daya saing, terbukti dengan NPCO dan SRP yang mempunyai nilai lebih rendah dari nilai yang seharusnya, dan juga didukung oleh nilai keunggulan komparatif lebih tinggi dari keunggulan kompetitif.
b. Dari sisi permintaan, adanya peluang yang sangat besar terhadap permintaan kopi di pasar domestik untuk proses lebih lanjut berupa kopi bubuk, namun kelembagaan pasar yang ada kurang mendukung. Hal ini bisa di kuatkan dari sistem pemasaran yang dilalui oleh petani masih perlu adanya pembenahan saluran pemasaran dan hanya sekitar 1,78 persen yang diolah menjadi bahan siap saji. Permintaan dunia masih terbuka lebar bagi kopi Indonesia terbukti dengan kebutuhan pasar dunia semakin bertambah.
c. Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi robusta yang diusahakan oleh petani sebagaian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis yang sesuai dengan anjuran dari Pusat Penelitian kopi dan kakao, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah, sebagian tanaman kopi sudah tua/rusak, terserangnya hanya penyakit. Selain itu produk kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering, sedangkan pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut memberikan nilai tambah yang cukup tinggi dan menciptakan lapangan kerja. Disamping itu tanaman naungan yang mempunyai nilai ekonomi belum banyak dilakukan oleh petani.
d. Dari sisi kebijakan internasional dan kebijakan domestik dapat disimpulkan bahwa kebijakan domestik kurang adanya dukungan dari pihak pemerintah dilihat dari koefisien DRC lebih baik dari PCR, koefisien NPCO dan SRP kurang mendukung percepatan daya saing apabila dibandingkan dengan harga yang sesungguhnya, namun dari koefisien NPCI kebijakan pemerintah memberikan dukungan yang berarti demi percepatan daya saing.
e. Dari sisi social dapat di lihat dari perilaku petani netral risiko mendominasi di tiga wilayah penelitian, hal ini mengisyaratkan bahwa petani kopi secara moral masih berpola pikir safety first sehingga menjadikannya terlalu berhati-hati, sehingga productivitas juga belum mencapai optimal.
Kata kunci : kebijakan dan daya saing
- Soetriono, E-mail: irtusss@yahoo.com dan irtusss@gmail.com
SUMMARY
The Impacts of Government Policies and Competitiveness Acceleration Strategy on Robusta Coffee Bean Agribusiness
By : Soetriono
Jember University
The research aimed to study, to predict, and to formulate the competitiveness of Robusta coffee bean commodity so that the harmonization in the efforts to overcome problems related various gaps either in production aspects, input-output demand, agro-industry, and government policies in the future could be obtained. The methodology used consisted of; using basic sector in determining a sample of regions (i.e. East Java Province (Kabupaten Malang and Jember) and Lampung Province (Kabupaten Tanggamus); using primary and secondary data; the analysis data method used were: Risk Analysis, Supply and Demand, Domestic Resource Cost, Policy Analysis Matrix (PAM), Tree Five Competitiveness, and policy simulation. The result of the research shows that:
a. From the side of farming business or the supply, the production of Robusta coffee bean should consider some factors, such as the number of coffee bean production, the price of fertilizer in the country, the government policy of protection that is not support the competitiveness acceleration. This is based on the value of NPCO and SRP that is lower than the world price and the value of comparative advantage is higher than the value of competitive advantage.
b. From the demand perspective, there is a significant opportunity in coffee post harvest processing (i.e. coffee powder) demand in the domestic market but the existing market institution has not provided a proper support. This can be improved by designing the marketing system or channeling system and by increasing the post harvest processing (i.e. about only 1.78 % of coffee beans were processed to a ready to consume product. Also, the world demand is widely open for Indonesian coffee bean since the world market needs is increasing.
c. Based on the environment and farming business perspective, the coffee bean produced by smallholders is considered as monoculture and has not yet applied technical culture suggested by Indonesia Coffee and Cocoa Research Institute, the awareness of smallholders about genuine seed variety is low, most of coffee tree is very old/damage and infected by plant diseases. Also, coffee commodity is processes on the primary level (i.e. dry coffee bean) meanwhile downstream product processing has not yet been conducted significantly. In fact, this further product processing will contribute a significantly high value added and can create a workforce. In addition, the shading tree that has a high economic value has not been used by the smallholders.
d. From the perspective of international policy and domestic policy, it is concluded that the government support in the domestic policy is lacking (shown by the coefficient of DRC is better than PCR, the coefficient of NPCO and SRP is not supporting the competitiveness acceleration if they are compared to the world price. But, the coefficient of NPCI of the government policy has contributed a significant support for the competitiveness acceleration.
e. From the social perspective, it is shown that the smallholders is dominantly risk neutral in the three selected areas. This indicates that the coffee bean smallholders are morally still using a safety first way of thinking. In turn, this makes them too prudent so that their productivity has not yet reached the optimal level.
Key word: policies and Competitiveness
Meskipun tdk ikut, setidaknya bisa membaca summary-nya. Trima kasih Prof..
BalasHapusSAYA USAHAKAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN TEORI DAYA SAING..Makasih Prof...
BalasHapus